Animasi imlek bergerak-






^^^

Silahkan Klik Link Berikut Click Here Bila ingin melihat animasi imlek yang lain :D

Terima Kasih Telah Berkunjung :)

0 komentar:

sejarah kue keranjang~


 Bagi warga keturunan Tionghoa, rasanya tak lengkap Imlek tanpa kehadiran kue keranjang atau yang dalam bahasa Mandarin dikenal dengan namaNian Gao (年糕) atau dalam dialek Hokkian Tii Kwee (甜棵). Penganan berbahan baku beras ketan dan dicetak dalam keranjang kecil ini menjadi hidangan wajib dalam setiap perayaan Imlek yang merupakan perlambang bagi kemakmuran.
Ada banyak versi yang mengisahkan tentang asal-usul mengapa kue keranjang wajib dalam setiap perayaan Imlek dan Cap Gomeh. Salah satunya adalah kisah yang berikut:
Alkisah pada zaman dahulu kala hiduplah sepasang suami istri bernama Tuan dan Nyonya Po. Mereka berdua hidup dalam kecukupan. Konon sebelum Tuan Pomenikah dengan Nyonya Po si wanita pembawa keberuntungan, Tuan Po hidup miskin.
Nyonya Po memiliki adalah wanita berhati mulia. Dimana pun berada, Nyonya Po tidak segan-segan untuk menolong sesama atau sekadar berderma untuk orang yang tidak beruntung. Karena kebiasaannya yang suka berderma inilah maka Nyonya Po dilimpahi berkah oleh para dewa. Sedangkan Tuan Po ini memiliki hati busuk. Dia bahkan tidak percaya kalau kekayaan yang dia dapat sekarang adalah karena keberuntungan yang dibawa oleh sang istri.
Suatu hari timbulah niat busuk Tuan Po untuk menyingkirkan sang istri. Nyonya Po diusir secara tidak hormat oleeh Tuan PO. Nyonya Po pun pergi, hingga dia menemukan sebuah gubuk reot yang dihuni oleh seorang nenek renta yang sedang sakit keras. Didorong oleh rasa kasihan, Nyonya Po pun merawat sang nenek hingga sembuh. Setelah sembuh Nyonya Po pun menikah dengan cucu lelaki sang nenek.
Setelah menikah, lambat laun kehidupan mereka pun berubah. Dasar si Nyonya Po si perempuan pembawa keberuntungan. Nyonya Po membawa keberuntungan buat si suami baru dan nenek renta itu. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, mereka menjadi tuan tanah dengan harta berlimpah.
Suatu kali daratan Cina didera musim paceklik yang berkepanjangan. Hampir semua sawah dan ladang gagal panen. Hanya sawah milik Nyonya Po dan suami barunya yang tetap menghasilkan. Nyonya Po yang baik, memberikan santunan kepada seluruh warga yang membutuhkan dengan membagi-bagikan gandum dan beras. Semua orang berbondong-bondong untuk mengantri gandum dan beras gratis dari Nyonya Po yang dermawan, termasuk mantan suami Nyonya Po yang saat itu telah menjadi miskin sepeninggal Nyonya Po.
Singkat cerita Nyonya Po mengetahui bahwa mantan suaminya ada di barisan antrian. Nyonya Po yang iba melihat mantan suaminya pingsan karena saking laparnya, meminta asistennya untuk membawa si mantan suami ke dapur. Beraneka jamuan makan telah disiapkan. Nyonya Po tidak ingin menemui si mantan suami karena dia sudah bersuami, makanya Nyonya Po sengaja memasukan cincin kawinnya yang dahulu ke dalam piring nasi yang terhidang. Maksudnya agar mantan suaminya tahu.
Setelah sadar si mantan suami langsung melahap hidangan yang disajikan khusus untuknya di dapur. Setelah kenyang dia mendapati cincin kawinnya dahulu dengan Nyonya Po. Tahulah dia bahwa si empunya rumah yang memberinya makan itu adalah Nyonya Po mantan istrinya yang dulu pernah diusirnya. Tuan Po merasa bersalah, malu sekaligus sedih. Saking malunya dia memilih bunuh diri di dapur itu. Sejak saat itu orang-orang percaya bahwa jiwanya menghantui dapur Nyonya Po dan dapur-dapur lain di dunia.
Jiwa Tuan Po yang sudah menyesal itu disembah sebagai Dewa Tungku atau Dewa Dapur (Cuo Sen) yang diutus oleh Raja Langit untuk menyelidiki perilaku manusia di bumi melalui dapurnya. Menurut kepercayaan Dewa Tungku melapor ke langit tepat seminggu sebelum Imlek hingga Cap Gomeh.
Konon menurut legenda kue keranjang yang legit dan manis ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyuap Dewa Tungku agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Langit (玉皇大帝,Yu Huang Da Di). Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang.
Demikianlah Sobat Jakarta, sekilas legenda tentang asal muasal Kue Keranjang. Terlepas dari sejarah berbau klenik dan filosofi yang terkandung dalam kue keranjang. Kue keranjang adalah salah satu kuliner khas Imlekyang patut diapresiasi.

0 komentar:

IMLEK 2013: Kue Keranjang Simbol Cinta Kasih



Sebentar lagi perayaan tahun baru Imlek tiba. Tradisi perayaan tahun baru Imlek juga tampak dari hidangan kue yang disajikan. Salah satu kue yang cukup populer pada saat perayaan tahun baru Imlek adalah kue keranjang bulat.

Kue keranjang (sering disingkat Kue ranjang) yang disebut juga sebagai Nian Gao yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula. Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib perayaan  tahun baru imlek.

Kue keranjang bukan hanya sekadar tradisi saja, namun ada kisah yang melatar belakanginya. Zaman dahulu, rakyat Tiongkok percaya bahwa anglo (tempat masak) dalam dapur di setiap rumah ada dewa-nya yang dikirim oleh Yik Huang Shang Ti (Raja Surga). Dewa itu juga sering dikenal dengan sebutan Dewa Tungku, yang ditugaskan untuk mengawasi segala tindak tanduk dari setiap rumah dalam menyediakan masakan setiap hari.

Maka setiap akhir tahun tanggal 24 bulan 12 Imlek (atau h-6 tahun baru), Dewa Tungku akan pulang ke surga serta melaporkan tugasnya kepada Raja Surga. Maka untuk menghindarkan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi rakyat, timbullah gagasan untuk memberikan hidangan yang menyenangkan atau hal-hal yang dapat membuat Dewa Tungku tidak murka.

Sehingga nantinya, jika ia laporan ke Raja Surga, menyampaikan laporan yang baik-baik dari rakyat yang diawasinya.Bagaimana caranya supaya Dewa Tungku tidak murka, yang menyampaikan laporan baik-baik saja pada Raja Surga? Akhirnya, warga pun mencari bentuk sajian yang manis, yakni kue yang disajikan dalam keranjang. Maka disebutlah kue keranjang, yang sudah mentradisi setiap tahun disajikan untuk merayakan tahun baru Imlek.

Dalam menyajikan kue untuk Dewa Tungku, kue keranjang yang manis tersebut, juga ditentukan bentuknya yakni harus bulat. Hal ini bermakna, keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat berkumpul (minimal) satu tahun sekali, serta tetap menjadi keluarga yang bersatu, rukun, bulat tekad dalam menghadapi tahun baru yang akan datang. Tradisi ini pun dibawa terus secara turun temurun, sampai sekarang ini.

0 komentar:

Tahun Baru Imlek


Pengenalan Dasar Imlek yang rancu
Didalam bicara soal Tahun baru Imlek, sering dalam interview di TV dan Radio , nara sumber yg ditanyai bukan berasal dari Agama Khonghucu, oleh karena itu jawabannya terkesan ngawur & sekenanya. Paling banter, mereka menjawab, Tahun Baru imlek iya identik dengan makan2 sekeluarga & saudara2 jauh yg tidak
pernah ketemu. Mereka tidak menyadari kalau Tahun baru Imlek itu penuh perintah2 Thian Tuhan YME yg wajib dilakukan oleh umat manusia guna memperbaharui diri.
Pernyataan Makan2 bersama itu tidak salah, namun, tidaklah sesederhana itu, dimana, jika hanya sekedar makan2 saja, bukanlah sebuah ritual keagamaan, hanya sekedar tradisi, tradisi makan2 itu hanya 10% dari seluruh rangkaian Peringatan Tahun Baru Imlek tsb, dan hanya 10% itulah yg dijadikan bahan interview TV & Radio di Indonesia.
Oleh sebab itu dalam penjelasan berikut, tradisi makan2 tidak akan dibahas lagi sebab tidak ada nilai pentingnya, sementara rangkaian acara ritual Suci didalam merayakan Tahun baru Imlek itu terbagi atas beberapa bagian,yg akan dipaparkan satu per satu, yakni;
  1. Tgl 24 bulan 12 (cap Ji Gwee), 6 hari menyongsong tgl 1 bulan 1 imlek, dikenal sbg Hari Persaudaraan, guna memperbesar amalan, zakat fitra & kerja bakti dikelenteng.
  2. Tgl 30 bulan 12 (cap ji gwee), malam takbiran menjelang Tahun baru Imlek, pukul 24:01 lewat, sungkem pd orang tua setelah sembahyang kehadirat Tuhan YME, dimana kepala keluarga sebagai Imam nya.
  3. Tgl 01 bulan 01 (cia Gwee) , sembahyang di kelenteng (semacam sholat IED) baru kemudian yg usia muda keliling kerumah yg usianya lebih tua, bermaaf2an, memperbanyak silahturami.
  4. Tgl 04 bulan 01 (cia Gwee), sembahyang pd leluhur.
  5. Tgl 08 bulan 01 (cia Gwee) pukul 24:01 sembahyang Khing Thi Kong, sembahyang besar sujur kehadirat THIAN Tuhan YME, dipimpin oleh rohaniawan Agama Khonghucu.
  6. Tgl 15 bulan 01 (cia gwee) malam, adalah pesta rakyat yg memperingati datangnya bulan purnama yg pertama kalinya ditahun baru imlek tsb. Sujur syukur agar tahun kedepannya, lebih baik dari tahun berikutnya.
  7. Enam (6) tahapan inilah merupakan rangkaian Peringatan tahun Baru Imlek (Sincia) , selama 6 hari terakhir dibulan 12 menjelang sincia/imlek ditambah (+) 15 hari dibulan 01 (Cia Gwee) jadi total 21 hari penuh Umat Agama Khonghucu melakukan rangkaian Ibadah Suci Sincia / Imlek tsb. Penjelasannya adalah sebagai berikut;

Sejarah & latar Belakang Penghitungan Tahun baru Imlek
TAHUN baru Imlek atau disebut juga dengan Khongcu Lik adalah merupakan penanggalan dinasti He (2205-1766 SM) dimana secara resmi baru dipakai sejak jaman Raja Han Bu Tee (140-86 SM) dari dinasti Han (206-220 SM)
Penggunaan penanggalan He berdasarkan pada Sabda Nabi Khonghcu tatkala Gan Yan (murid Nabi) bertanya kepada nabi bagaimana mengatur pemerintahan,dengan tegas Nabi menjawab " Pakailah penanggalan Dinasti He". Seperti halnya pemerintahan jaman sekarang, bahwa segala sesuatu program (rencana pembangunan) dimulai dari awal tahun, maka Tahun baru Imlek merupakan awal dari program Pemerintah jaman dahulu untuk melakukan aktifitasnya.
Di daerah yang mengenal empat musim yakni : semi, panas, gugur, dan dingin, Imlek jatuh pada musim semi dimana merupakan awal dari para petani bekerja untuk bercocok tanam mengingat setelah musim dingin banyak lahan pertanian tidak berfungsi. Karena di Indonesia tidak mengalami musim semi, sistem penanggalan yang digunakan untuk menentukan Tahun Baru itu sebenarnya bukan hanya berdasarkan pada peredaran Bulan tapi juga disesuaikan dengan peredaran matahari. Namun, system itu lebih dikenal dengan sebutan Imlek (Lunar Kalender).
Raja Suci dan sekaligus Nabi Purba didalam silsilah Keagamaan Khonghucu, yakni Oey Tee ( 2698-2596 SM ) yang juga dikenal dengan Kaisar kuning, yang pertama-tama memperkenalkan system tersebut. Dimana menetapkan perhitungan Thian Kan (Bintang Langit) dan 10 Tee Ci (Cabang Bumi ).
(Catatan: didalam Agama Khonghucu, yg nama asilnya adalah Agama Ru / Jie maknanya agama bagi yg terpelajar & lembut hatinya / berbudi pekerti luhur, memiliki 30 Nabi dan sebagian diantaranya juga Raja Suci, Nabi Khongcu adalah Nabi terakhir didalam Agama Ru / Jie tsb (nabi ke 30), maka kemudian agama ini dikenal sebagai Agama Khonghucu)
Kombinasi antara Thian Kan (Bintang Langit) dengan Tee Ci dalam satu siklus yang berlangsung 60 tahun sekali disebut Kah Ci. Dinasti Hee sebagai dinasti yang pertama kali menggunakan sistem tersebut, maka system tersebut disebut sebagai Hee Lek,yang menetapkan Tahun Baru pada tanggal 1 bulan pertama (Cia Gwee Cee It) yang saatnya bersamaan dengan tibanya musim semi. Petani juga turut menggunakan system tersebut karena cocok dengan musim tanam maka system itu disebut dengan Long Lek (Penanggalan Petani).
Berdasarkan penghitungan diatas, jelas bahwa Tahun Baru Imlek murni 100% merupakan  Ritual Keagamaan bagu Umat Agama Khonghucu . Jika sekarang tahun baru Imlek sudah memasuki th 2563 itu dihitung dari thn kelahiran Nabi Khongcu yakni th 551SM + th masehi 2012 = Th 2563 Imlek dikenal juga thn baru Khongcu Lek yg artinya memperingati Tahun kelahiran nabi Khongcu.
Maka jika banyak Gereja Kristen & Katolik serta Vihara menyelenggarakan Perayaan Tahun Baru Imlek, ini merupakan bukti teposeliro dari Umat Agama Lain untuk menyukuri datangnya Tahun baru tsb dan mengakui kebesaran dari Nabi Khongcu sejajar dengan Nabi Isa Almasih, Buddha Gautama serta Nabi2 lainnya.
Bagi kami Umat Agama Khonghucu, malah bahagia & bangga , Tahun Kelahiran Nabi Khongcu bisa diperingati oleh Agama2 Besar lainnya lewat Misa Kudus Khusus Imlek di gereja gereja Kristen/katolik atau Kebaktian Puja Bakti special Imlek di Vihara2.
Tahun Imlek yg sekarang ini th 2563 dihitung dari Th kelahiran Nabi Khongcu, dimulai pertama kali dari Raja Han Bu Tee (140SM), yg menetapkan nol (0) imlek jatuh pd th 551SM, thn kelahiran Nabi Khongcu, dan ditambah (+) Tahun masehi 2012 maka didapat angka tahun 2563 Imlek pada tahun ini.
Namun sesungguhnya usia penanggalan dinasti Hee ini bermula dari th 2698SM, kalo dijumlah dg thn masehi skrg 2012 seharusnya Tahun baru imlek usianya sudah  memasuki tahun ke 4710 , artinya penanggalan imlek ini aslinya telah berusia  4710th, namun sejak Dinasti Hee hingga sebelum dinasti han berjarak 2800thn dan selama itu telah berganti2 dinasti, dimana masing2 dinasti mempunyai penanggalannya sendiri2, maka dikatakan sejak dinasti Han itulah, penanggalan kuno dinasti Hee dipergunakan kembali hingga sekarang atas perintah Raja Han Bu Tee yg sangat menghormati Nabi Khongcu, maka,  penanggalan Imlek penghitungan angka nol nya dihitung dari Tahun kelahiran Nabi Khongcu 551Sm.
Dan sejak itulah (140SM dst) semua ujian negara dibuat berdasarkan system pembelajaran dari Ajaran Agama Khonghucu, saat itu Agama Khonghucu telah menjadi Agama negara di dinasti han & di dinasti2 berikutnya hingga beralih menjadi Republik pun, ribuan tahun kemudian, Agama Khonghucu ini masih menjadi Agama terbesar di China & masuk 5besar di dunia, namun meraih predikat Agama tertua didunia (Nabi Pertama Ru Jiau / Ji Kauw ini yakni Nabi Hok Kie lahir awal th 2953SM), memiliki total 30 Nabi, yg beberapa diantaranya merangkap menjadi Raja/Kaisar Suci, dengan Nabi Khongcu menjadi Nabi terakhir pd Agama tsb (lahir 551SM), hingga dikenal oleh barat sebagai Agama Khonghucu.
Huang Tee (2698SM) yg disebut diatas, sebagai penemu penanggalan imlek ini adalah raja & Nabi suci yg ke III. Nabi/Kaisar Suci ke I lahir seputar th 2953SM (Nabi Suci Hok Kie) . Betapa lama & kuno nya ajaran Ru Jiau / Ji Kauw (yg kemudian dikenal sebagai Agama Khonghucu ini)  & Agama ini pulalah yg mungkin salah satu dari Agama terkuno didunia atau berasal dari  kelompok generasi Agama yg paling awal menerima Wahyu Suci dari Thian Tuhan YME dan yang memperkenalkan sembahyang Kehadirat Thian Tuhan YME dan mulai mengajarkan adanya Kekuasaan tunggal dunia ini (Maha ESA), Sang Maha Pencipta Khalik semesta alam ini. Serta mengajarkan umat manusia guna meninggalkan & menjauhi praktek “menyembah berhala” sejak jaman purba.


0 komentar:

Asal Mula Perayaan Tahun Baru Imlek atau Chinese New Year


Di Negara asalnya yaitu China dan juga negara yang mayoritas berpenduduk Chinese seperti Taiwan, Hongkong Perayaan Tahun Baru ini juga disebutPerayaan Musim Semi, ” Chung Chie atau The Spring Festival “. Secara resmi perayaan ini kemudian disebut Chinese New Year (Tahun Baru Chinese). Nama ini digunakan untuk mengganti sebutan Tahun Baru Lunar sejak setelah revolusi Xinhai pada tahun 1911. Aslinya perayaan musim semi ini adalah warisan masa lampau yaitu ritual La.


Secara umum, La adalah hari terakhir dalam satu tahun pada saat panen raya sudah dirampungkan dan sebagai ungkapan rasa syukur, orang Chinese (Tionghoa) memberikan sesaji kepada para dewa dan leluhur.


Menurut kamus bahasa China modern, La berarti periode bulan keduabelas menurut kalender lunar disaat mana upacara ritual untuk menghormati dewa-dewi dan leluhur dilaksanakan.


Pada masa Dinasti Han berkuasa di Tiongkok, Xu Shen menulis dalam bukunya bahwa, pada hari La, 36 hari setelah perayaan Dongzhi (yaitu hari terpendek dalam satu tahun yang biasanya bertepatan dengan tanggal 21 atau 22 bulan Desember), semua dewa diberikan sesaji.



Walaupun perayaan musim semi ini jatuh pada hari pertama bulan pertama suatu tahun, namun umumnya perayaan berlangsung sepanjang bulan. Dimulai dengan pesta atau perayaan membuat dan memakan semacam bubur special yang disebut ” La Ba Zhou ” pada hari kedelapan bulan keduabelas tahun lunar. Bubur ini disebut juga “Bubur hari kedelapan dari La”.


Dibagian Selatan China, dan juga dibawa hingga kenegara-negara di Asia Tenggara, makanan ini dikenal sebagai “onde-onde berkuah”. Rangkaian perayaan berakhir pada hari kelimabelas bulan pertama (Cap Go Me), dimana orang-orang Tionghoa merayakan “Yuan Xiao atau Festival Lampion”. Belakangan festival lampion ini juga diramaikan dengan Tarian Naga (Liang Liong) dan Akrobat Barongsai.

Legenda Perayaan Musim Semi


Menurut legenda, konon pada masa lampau ada seorang pria bernama Wannian. Suatu hari ia duduk dibawah pohon dan menyadari kalau bayangan pohon bergerak secara teratur sesuai dengan pergerakan matahari. Berdasarkan pengamatannya, Wannian membuat semacam pengukur waktu menggunakan tongkat. Namun sayang, pengukur waktu penemuannya ini hanya berfungsi ketika sinar matahari tidak sedang tertutup awan pada siang hari dan dimalam hari sama sekali tidak dapat dipergunakan. Hal ini memacu Wannian untuk menciptakan suatu alat yang tidak tergantung oleh sinar matahari. Ia lalu membuat semacam jam dengan mempergunakan sebuah jar yang diletakkan sedemikian rupa sehingga air di dalam jar tersebut akan menetes perlahan dengan interval yang dapat diatur.

Diwaktu yang sama, Raja Zuyi sedang mencemaskan bencana alam yang melanda negerinya. Ia yakin banyak penderitaan akibat bencana alam dapat 
dihindari atau setidaknya dikurangi efeknya jika saja dia tahu bagaimana memprediksi cuaca. Salah satu menterinya, A-heng yang ingin mencari muka dihadapan raja malah mengusulkan raja mengadakan upacara sembahyang pada langit (Tuhan), katanya Kaisar Giok (Bossnya Dewa-Dewi orang Tionghoa) minta sogokan atau kalau tidak akan diturunkan bencana. Raja Zuyi menerima usulannya, tetapi bencana alam tetap saja tidak dapat dihindari.

Ketika Wannian mendengar hal itu, ia segera pergi menemui Raja Zuyi. Ia menerangkan hasil observasinya mengenai waktu dan perubahan alam kepada sang raja. Zuyi sangat terkesan sehingga ia segera mendirikan stasiun pengamat cuaca lengkap dengan alat ukur waktu agar Wannian dapat menciptakan sebuah sistem kalender demi kepentingan rakyatnya.


Beberapa waktu kemudian, Raja Zuyi menyuruh A-heng untuk memeriksa hasil pekerjaan Wannian. Menteri tersebut pergi ke stasiun pengamat cuaca dan menemukan catatan-catatan Wannian di dinding, bahwa satu siklus waktu yang terdiri dari 360 hari, 12 siklus bulan dan 4 perubahan musim. Agaknya Wanian hampir merampungkan tugasnya. Khawatir kalau prestasi Wannian akan membuat dirinya tersingkir dari lingkaran pengaruh Raja Zuyi, kemudian A-heng mengirim pembunuh bayaran untuk menghabisi Wannian. Namun pembunuh bayaran tersebut tertangkap sebelum mencelakai Wannian. Ketika Raja Zuyi mengetahui keterlibatan A-heng dalam rencana pembunuhan tersebut, A-heng akhirnya dihukum pancung. Setelah itu Raja Zuyi sendiri yang mengunjungi Wannian di stasiun cuacanya.


 
Wannian menjelaskan bahwa ia telah berhasil menciptakan suatu kalender. Kebetulan saat itu menurut sistem kalender penemuan Wannian, satu siklus tahunan akan segera berakhir, karena itu ia meminta Raja Zuyi memilih suatu tanggal sebagai permulaanatau hari pertama tahun yang baru. Raja Zuyi berpendapat hari pertama musim semi mestinya tepat untuk dijadikan hari pertama permulaan tahun baru. Musim semi adalah musim dimana segala sesuatu yang lama digantikan oleh yang baru, musim dingin telah berlalu, bunga-bunga mulai bermekaran, tunas-tunas tanaman mulai bertumbuhan.


Itulah awal mula perayaan musim semi atau the spring festival. Perayaan inilah yang kemudian dirayakan sebagai Chinese New Year atau di Indonesia dikenal sebagai Tahun Baru Imlek.


Sebagai penghargaan kepada Wannian yang telah menciptakan sistem kalender yang mempergunakan sistem solar (peredaran matahari), Raja Zuyi memberi nama kalender tersebut dengan nama ” Kalender Wannian” dan memberi gelar kepada Wannian sebagai “Dewa Panjang umur” dan memberi amplop merah (angpao) berisi uang sebagai hadiah menyambut tahun baru.


Saat ini perayaan dilakukan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk kedalam laut. Dan secara umum saat ini pengucapan selamat pada perayaan imlek dengan menyebutkan Gongxi Facai (Bahasa Mandarin) atau Kung Hei Fat Choi (Bahasa Kantonis).


Cap Go Meh melambangkan hari kelimabelas dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal diluar Negeri leluhurnya, dan sat itu merupakan bulan penuh (purnama) pertama di Tahun Baru tersebut.

0 komentar:

tradisi imlek ^^


JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam hitungan jam, seluruh rakyat Republik Rakyat China dan keturunan di seluruh dunia akan merayakan Tahun Baru Imlek. Di Indonesia, dan juga di negara lainnya, Tahun Baru Imlek, yang menandai awal musim semi, erat kaitannya dengan ang pao.
Secara harafiah, ang pao berarti amplop yang berwarna merah. Ang pao telah menjadi salah satu simbol Tahun Baru Imlek. Pada hari raya ini, ada tradisi bahwa seseorang yang telah menikah memberikan ang pao yang berisi uang kepada orang yang lebih muda dan belum menikah. Soal jumlah, hal ini tergantung pada kemampuan dan kerelaan dari sang pemberi.
Lantas, apa makna ang pao? Budayawan Budi Santosa Tanuwibawa mengatakan, ang pao memiliki makna filosofi transfer kesejahteraan atau energi. "Transfer kesejahteraan dari orang mampu ke tidak mampu, dari orangtua ke anak-anak, dari anak-anak yang sudah menikah ke orangtua," ujar Budi.
Menurutnya, tradisi memberi ang pao telah berlangsung sejak lama. Tradisi ini diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya tanpa putus. Tradisi Tionghoa juga mengenal pemberian ang pao yang diberikan tujuh hari menjelang Imlek. Budi menyebut hal ini sebagai Hari Persaudaraan.
"Ini mewajibkan orang yang merayakan Tahun Baru Imlek untuk membantu sesama yang tak mampu merayakannya," kata Budi.
Tradisi Imlek Pemberian ang pao bukan satu-satunya tradisi yang dilakukan ketika Imlek. Tradisi lainnya yang menonjol adalah sembahyang leluhur. Sebelum Imlek, para warga Tionghoa umumnya turut bahu-membahu membersihkan makam para leluhurnya. Tak hanya itu, pada hari pertama Imlek, para warga Tionghoa melakukan sembahyang untuk para leluhur.
Pada ritual sembahyang, mereka menyajikan makanan, minuman, dan buah di altar almarhum dan almarhumah. Budi mengatakan, sembahyang leluhur bukanlah tradisi tanpa makna. "Ini menunjukkan bakti kepada orangtua, yang tidak hanya merawat dan menjaganya hingga meninggal, tetapi juga setelah meninggal. Ini mengingatkan bahwa kita berada di dunia ini tidak semata-mata karena Tuhan, tetapi juga orangtua," ujarnya.
Terkait tradisi santap kue lapis, jeruk, kue keranjang, ikan bandeng, tokoh Konghucu ini menilai hal ini tak lain hasil interaksi budaya China dengan masyarakat lokal. Kue keranjang atau nian gao disebut-sebut berkaitan dengan harapan agar rezeki selama satu tahun mendatang manis.
Nian sendiri berarti tahun dan gao berarti kue yang juga terdengar seperti kata tinggi. Oleh karena itu, kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas, makin mengecil kue itu, memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran. Pada zaman dahulu, banyaknya atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah.
"Kue keranjang itu artinya agar tiap tahun mencapai prestasi yang bertambah tinggi, setiap tahun ada peningkatan. Ini biasanya bagi mereka yang memiliki bisnis," kata Yu Ie, seorang pengurus Klenteng Petak Sembilan di Glodok, Jakarta.
Adapun ikan bandeng dihubungkan sebagai perlambang rezeki karena dalam logat Mandarin, kata 'ikan' sama bunyinya dengan kata 'yu' yang berarti rezeki. "Bandeng itu ikan. Artinya, tiap tahun ada lebihnya uang atau rezeki," ujar Yu Ie.
Buah-buahan yang wajib yang sudah pasti ada adalah pisang raja atau pisang emas yang melambangkan emas atau kemakmuran atau keuntungan yang besar. Begitu juga dengan jeruk kuning dan diusahakan yang ada daunnya. Ini juga melambangkan kemakmuran yang akan selalu tumbuh terus. "Ini supaya ada keuntungan yang besar dan terus-menerus," jelas Yu Ie.
Selain itu, atraksi barongsai juga turut menyemarakkan Imlek. Budi mengatakan, atraksi barongsai terinspirasi dari Kilin, makhluk suci bagi umat Konghucu. Rupanya menyerupai naga, memiliki kulit bersisik, dan bertanduk satu. Kilin muncul ketika Nabi Konghucu lahir dan wafat.
Menurut cerita-cerita rakyat yang populer di China, atraksi barongsai ini bertujuan untuk mengusir roh jahat yang datang di awal tahun. Imlek juga tak lengkap tanpa kehadiran bunga sedap malam di altar leluhur. Hal ini, kata Budi, bertujuan untuk mengingatkan kita agar terus tertekad berlaku baik dan harum bak bunga sedap malam.

0 komentar:

Pages